Sabtu, 20 Agustus 2011

PERJALANAN KE GUNUNG BOTAK

Pada saat itu aku duduk di kelas VI SD. Dan inilah saat yang tepat umtuk bermain bersama teman-teman, karna kan sebentar lagi SMP, trus kemungkinan jadi pisah deh! Milih SMP masing-masing. Oh ya, namaku Nurlita, tapi aku biasa dipanggil Lita.
Setelah aku, Riama, Dina, Dewi, Yosi, Marwan, Pirman dan teman-teman yang lainnya lama berbincang-bincang dikelas, akhirnya Wawan dan Pirman menemukan ide “oh iya, gimana kalau kita main ke gunung botak aja?” ucap mereka dengan serempak sambil menatap ke arah kami. “hah??! gunung botak? Itu kan susah, gimana kalau kita jatuh? Gimana kalau ada ular? Gimana?”
“Ah!! Udah.. udah.. ide Pirman dan Marwan bagus tuh. Kita kegunung botak aja, kan gak ada lagi tempat yang seru buat main-main.” Kataku memotong protesan Dina.
“iya sih, tapi kan…”
“Udahlah, gak usah tapi-tapian klo memang kamu gak bisa ikut atau gak dibolehin ayah/ibumu lebih baik kamu gak usah ikut, nanti jadi bikin masalah lagi !”
Usar Riama pada Dina yang lagi cemberut.
“Iya, betul tuh kata Riama lagian Cuma kamu kan yang kurang setuju, semua senang tuh klo kita pergi ke gunung .
Botak , hahhh… sekarang kapan kita berangkatnya?
Tanya Marwan menyambung pembicaraannya.
“hmm… gimana klo pulang sekolah nanti?” usul Riama
“bentar… bentar… bentar… kayaknya aku gak bisa klo berangkatnya pulang sekolah nanti, soalnya aku mau pergi ke rumah famili sama keluarga,” ujar Yosiberpendapat sama dengan aku
“Jadi kapan dong?” tanya Marwan lagi
“ya sudah deh, gak usah di permasalahkan lagi, besokkan hari minggu, gimana kalo ke gunungnya besok aja? “Semua bisa kan?” usul Dewi lagi dengan sedikit memaksa.
“ Setuju…” jawab kami dengan serentak.
Keesokan harinya, tampaklah semua teman-temanku dengan bekal masing-masing. Melihat itu aku semakin bersemangat ke gunung Botak walau aku tidak tahu nantinya bagaimana.
Kami pun dengan semangat melangkahkan kaki menuju gunung Botak, yaitu bukit terdekat dari sekolah kami. Kami menyebut bukit itu gunung Botak karena pada puncak bukit ada sedikit wilayah yang tidak ada pohonnya dan hanya di tumbuhi oleh rumput.
Karena kami berangkat pada siang hari dengan sinar matahari yang lumyan terik sehingga perjalanan belum seberapa jauh kami sudah kehausan dan kami hanya membawa sedikit air minum itupun untuk minuman nanti kalo sudah sampai di puncaknya.
“Wiihhh… yang hausan dah “ keluh Dina sambil memegang tenggorokannya.
“Tahan aja lah dulu dabo, semua jugakan haus?” cetus Yosi bersikap sedikit dewasa.
“Iya benar, tahan aja, bentar lagi kan juga nyampe.” Kataku
Sedang beberapa waktu akhirnya kami tiba disebuah tanjakan, dengan ekstra hati-hati satu-persatu kami mendaki tanjakan itu.
“Ohh…akhirnya nyampe juga…” kataku seraya ngambil air minum dari dalam tas.
“minum…minum yuk” kataku lagi sedikit berteriak kearah mereka.
“oh, iya ya sampai lupa mau minum.” Jawab Yosi yang sedang berdiri memandang ke bawah.
“Masa mau minum aja lupa?” kataku lagi.
“Benar… liat pemandangan disini karna indahnya sampe lupa minum deh padahal udah haus dari tadi” ujarnya seraya meneguk minumannya.
“Olo ma …” sambung Firman yang menguping pembicaraan kami.
Seelah beberapa waktu rasa lelah pun hilang, kami menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran ada yang nyanyi-nyanyi bareng, dan ada juga yang manjat-manjat pohon disekitar itu dan main-main yang lain.
Sekitar satu jam kemudian kami memutuskan untuk pulang kerumah, karena takut nanti kena marah lagi sama ayah/ibu karna kelamaan pulang.
“Pulang yuk… udah sore ni” ajak ku kepada mereka.
“iya ya kita pulang aja sekarang, lagian ini udah jam 15:30, tadi ibu juga bilang kalo pulangnya jngan kelamaan.” Sambung Dina menyetujuinya.
Karna semua sudah setuju kami pun pulang, di perjalanan mau pulang kami melewati tanjakan tadi yang sekarang menjadi turunan ternyata pada saat mau turun kami kurang haati-hati yah akhirnya pada saat giliran Dina mau turun …..” aww tolooooong…” teriak Dina yang terjatuh dan berguling-guling ke bawah.
“Hahaha…” bukannya menolong, kami malah menertawainya.
Eh …pada saat giliran ku turun ternyata.
“Aawwh…” teriak ku yang juga terjatuh sama seperti Dina.
“Hahaha…matteon!!” kata Dina padaku karna aku tadi menertawainya. Walau teman yang lainnya turun dengan selamat, tapi kakinya tuh kayak pulang dari sawah semua.
Setibanya di rumah, ayah terutama ibu memarahiku. Karna bajuku yang sangat kotor akibat terjatuh tadi, yah aku hanya bisa diam aja mendengar ortu ku yang lagi ceramah.
Hari itu pun berlalu,tapi pengalaman itu masih terngiang di kepalaku.
Setiba pagi itu aku tiba di kelas, tampak Dina, Riama, Firman, dan teman-teman lainnya menceritakan apa yang terjadi setelah tiba di rumah.
“Gimana semalam kamu dimarahi gak?” tanyanya kepada Wawan.
“Gak sih” jawab Wawan.
“ Aku sih dimarahi, tapi udah biasa kok gitu, hehe” sambungku pada mereka.
Mungkin kejadian ini akan menjadi sebuh pengalaman yang kami pernah lakuin bersama di masa Sd dan tidak akan terlupakan.
Terima kasih


Keterangan :
- oloma = iyalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar